Stolen From: https://blackbloczone.noblogs.org/post/2025/03/31/chronology-of-the-arrest-of-three-anarchist-combatants-in-makassar/
The arrest of three of our companions by the police occurred following the Molotov cocktail attack on the 705 Traffic Post (Poslantas), located at the intersection of AP Pettarani Street and Sultan Alauddin Street in Makassar, South Sulawesi. This action was a form of resistance against increasingly oppressive government policies, including the revision of the Military Law (UU TNI), which expands military control over civilian life. This is a regressive step that only deepens the repression of the people.
That night, our three companions approached Poslantas 705, fully aware that the state only understands the language of real resistance. The Molotov was thrown, the fire ignited, and in an instant, the police post became a symbol of warning that the people would not remain silent in the face of oppression. This act was not merely out of anger, but a message: the law enforced by the state is nothing more than a tool to maintain order that benefits a select few in power.
It did not take long for the authorities to respond. With all the resources and surveillance at their disposal, the police quickly pursued the perpetrators. The arrest operation was carried out systematically, utilizing monitoring technology and information from their networks. Our three companions were eventually apprehended, handcuffed, and taken to the police station for interrogation.
This arrest is part of the repressive pattern consistently employed by the state against anyone daring to challenge its authority. They seek to send a message that resistance must be silenced, that any form of disobedience will be met with violence and imprisonment. However, they forget one thing—the fire that burned that night did not only consume the police post, but also the spirit of resistance that will not be extinguished simply because a few individuals are confined behind bars.
Out there, solidarity will continue to pulse. They may have captured our companions, but the idea of liberating life from the shackles of the state and capitalism will continue to spread. As long as this system exists, resistance will persist.
LONG LIVE ANARCHY!
LONG LIVE THE PERSISTENCE OF INSURRECTION!
UNTIL ALL OF US ARE FREE!
KRONOLOGI PENANGKAPAN TIGA KAWAN ANARKIS DI MAKASSAR
Penangkapan yang dilakukan kepolisian terhadap tiga orang kawan kami terjadi setelah aksi pelemparan bom molotov di Pos Lalu Lintas (Poslantas) 705, yang terletak di pertigaan Jalan AP Pettarani – Sultan Alauddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Aksi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kebijakan pemerintah yang semakin menindas, salah satunya revisi UU TNI yang memperluas kontrol militer dalam kehidupan sipil, sebuah langkah mundur yang hanya memperdalam represi terhadap rakyat.
Pada malam itu, ketiga kawan kami mendekati Poslantas 705 dengan penuh kesadaran bahwa negara hanya memahami bahasa perlawanan yang nyata. Molotov dilempar, api menyala, dan dalam sekejap pos polisi itu menjadi simbol peringatan bahwa masyarakat tidak akan diam atas segala bentuk represi. Aksi itu bukan sekadar amarah, tapi sebuah pesan: bahwa hukum yang ditegakkan negara tidak lain hanyalah alat untuk menjaga ketertiban yang menguntungkan segelintir penguasa.
Tak butuh waktu lama bagi aparat untuk merespons. Dengan segala sumber daya dan pengawasan yang mereka miliki, kepolisian segera memburu para pelaku. Operasi penangkapan dilakukan secara sistematis, menggunakan teknologi pemantauan dan informasi dari jaringan mereka. Tiga kawan kami akhirnya ditangkap, diborgol, dan dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi.
Penangkapan ini adalah bagian dari pola represif yang selalu dilakukan negara terhadap siapa pun yang berani menantang otoritasnya. Mereka ingin mengirimkan pesan bahwa perlawanan harus dibungkam, bahwa setiap bentuk ketidakpatuhan akan dibalas dengan kekerasan dan penjara. Tapi mereka lupa satu hal—api yang menyala malam itu tidak hanya membakar pos polisi, tapi juga semangat perlawanan yang tidak akan padam hanya karena beberapa orang dikurung di balik jeruji.
Di luar sana, solidaritas akan terus berdenyut. Kawan-kawan kami boleh mereka tangkap, tapi gagasan untuk membebaskan hidup dari belenggu negara dan kapital akan terus menyebar. Sebab selama sistem ini masih ada, perlawanan akan selalu berlanjut.
PANJANG UMUR ANARKI!
PANJANG UMUR PERLAWANAN DENGAN PEMBERONTAKAN!
HINGGA SEMUA BEBAS!